Ketika sepi menjadi tempat persembunyian rindu, dengan mudah aku menemukan jejakmu di antara mereka. Rindu yang beranak pinak di sudut-sudut ruang tunggu, di beranda asa dalam doa bertubi. Ternyata aku tidak sungguh-sungguh menghapus semua kisah kita, jejakmu masih hidup di setiap degup rasa di dada.
Sebelum kau pergi, telah kutulis kisah pura-pura sudah di matamu. Aku candu membacanya ulang dan menyalin tiap barisnya di mataku. Tersemat harap, ke mana pun kau berkelana, semesta akan membacanya dan menuntunmu kembali padaku.
Aku akan tetap di sini, menjaga kisah yang belum selesai. Jika suatu saat nanti, ruang hati tempatku menunggu telah mulai lapuk karena terlalu lama tak berpenghuni, kumpulan rasa yang terpasung siap mendaur ulang menjadi tempat istimewa yang berfungsi sama: mencintaimu.
Ruang Tunggu, 22 Oktober 2021
0 Komentar