Mata terbuka pada hari Rabu
Aku bersandar di dekat batu
Bahagiaku disambut suasana baru
Meski kondisiku tidak menentu
Aku percaya, Engkau-lah penolongku
Rabuku riang, tapi aku tetap pilu
Bukankah semua berjalan selayaknya?
Orang-orang masih tertawa-tawa renyah
Sekelilingku masih berjalan-jalan lincah
Ya, hanya aku
Hanya aku yang merana
Menanti tanpa batas waktu
Mengharapkan seseorang menolongku
Cinta yang kauberikan mengubah nasibku
Makan minum kini tak menentu
Beratku terus menurun seiring berjalannya waktu
Bagiku, Rabu tetaplah pilu
Menahan sesak rindu nan membelenggu
Memaksa daksa 'tuk pergi pun tak mampu
Lagi-lagi, sanggupku sebatas menunggu
Berkali-kali orang berjalan melewatiku
Tak sadar akan adanya diriku
Kotornya diriku, hingga orang tak mau menatapku
Amarah ini masih tersimpan untuk dirimu
Harusnya tak percaya janji palsu
Awan telah memanggil kelabu
Tanda hujan bakal mengguyur daku
Sebelum itu, aku berharap bisa hadirkan temu
Temu yang nyatanya tersimpan rapat
Hanya sekadar ingin, terbelenggu sekat
Hingga akhirnya daksa pun meluruh
Meninggalkan asa; perlahan runtuh
Di bawah langit imaji, kuhabiskan waktu
Menyusuri jejak kenang tanpa jemu
Haruskah aku bertahan dalam ruang semu?
Pada sang akara nan sembunyi malu-malu
Menengadah menatap langit
Mempersembahkan bait-bait
Meminta untuk tetap terikat
Pada sang senja yang begitu memikat
Entah sampai kapan langit menerimaku
Menceritakan semua tentangmu
Beruntung sekali kamu
Mengenalku yang selalu menulis tentangmu
Dalam bait-bait puisiku
Tentangmu, yang lupa akan nasibku
Hingga seseorang datang memarahiku
Di saat tubuhku terpaku
Dan mengusirku dari tempat dudukku
Lampahan kaki sembari gemetar
Untaian kata cinta tertutur
Menikmati sajak cinta datar
Melepas angan-angan terbentur
Ungkapan sayang melambai drastis
Lemas tak tergaris
Indah tiada tergubris
Geloranya cinta yang terambis
Sakit hati hingga menangis
Tersiksa hingga mengemis
Hidupku semakin terkikis
Hingga napasku mulai habis
Tak ada lagi bahasan mengenai rasa
Atau waktu yang tak pernah ada
Tapi ini tentang bagaimana kita
Kita untuk waktu yang lama
Kita yang menghadirkan rasa
Bagaikan retorika penghantar luka
Setia hanya kemasan dusta
Dan komitmen hanya omong kosong belaka
Kisah cintaku hanya sebatas mimpi
Pelampiasan darimu membuat banyak tragedi
Tiap hari aku dicaci-maki
Kini derita seperti makanan sehari-hari
Ruang Biru-Putih, 8 Desember 2021
Oleh:
1. Abdul Khaq Hamar
2. Riah Zhafira
3. Siti Azizah
4. Ria Sri Mulyani
5. Nita Setiana
6. Siti Jumaeda
7. Adna Herdiana Indi
8. Muhammad Ardiyanto
9. Faisal Cahyadi Saima
10. MeLY
0 Komentar