Adakah yang merasakan hal sama? Perihal hujan yang membawa larut kenangan silam?


Ya, aku. Aku yang berada dalam situasi kelam itu.


Menelisik rajutan memori penuh lara. Terkuak banyak goresan lara.


Apa rasanya? Sakit, bukan? 

Begitulah jika asa tersandar pada pundak yang salah.

Pun hatimu tetap tabah.

Menyusuri jalan lika-liku penuh sendu, pun tabu.


Kenangan tentangmu menyeluruh ke seluruh tubuh. Dekap itu terasa dekat. Suara itu terasa ada. Meski nyatanya hanya aku di bilik kamar, yang tengah memandangi potret kenangan kita.


Senandung kenang memecah ruah seisi kepala. Tak ada lagi bait cinta yang kupulangkan padamu—selain bait rindu yang kulabuhkan untukmu. Sebab kini, lagu perpisahan terdengar lebih menenangkan malamku yang kian kelam: selepas pergimu.


Tak ada lagi kita ketika senja memelukmu semaunya. Tak ada lagi kita tatkala semilir angin menyentuh parasmu pelan. Kita suah, begitu katamu—meski sajak-kidung cinta untukmu tidak pernah punah.


Ruang Usang, 15 November 2021


Oleh:

1. Hawin Fitriyani

2. Devi Berlina S.

3. Gata

4. MeLY