Sarayu menguarkan ambu pilu nan menyayat kalbu. Temani ratap kehilangan sang bunga yang nyaris layu. Senandungkan kidung lara di kelam malam nan membisu. Pada alunan syair sendu kala rindu membelenggu.
Rentetan warita menjelma dukacarita nan sesakkan dada. Mendekap erat sepenggal kisah berat yang pernah ada. Kala si gadis papa kepakkan sayap harapnya pada sang bangsawan muda. Namun, realita menyadarkannya perihal patah dan kecewa.
Jendela buram menjadi sekat antara rasa dan kasta. Kini putri raja telah duduk bersanding di singgasana. Afsun sang adika hanya menjadi santapan netra baginya; sang pemuja. Untaian doa ia persembahkan: mengiringi ikhlas hati melepaskannya.
Sumedang, 18 Februari 2022
0 Komentar