Jauh berjalan ke dalam labirin matamu, aku tersesat tanpa hasrat melukat. Hati terpasung binar keluwung, gandrung tak terbendung. Aku terjerat dalam pikat erat mengikat. 


Dalam lautan renjana, tetiba anta sirna tanpa aba-aba. Ambisi berkoar, berlembar memar menukar kelakar. Di ujung ikrar, gelebah terdampar. Saat rajutan harap kaupenggal, intensi amblas tanpa bekas. Asmara dipaksa kelar, tersisa rindu tanpa penawar.


Alunan sunyi merayu malam, rindu merajam kelam. Kenangan perih mengiris tanpa habis, asa tersesat di punca tangis; miris. Larat hati membungkus elegi tanpa tepi. 


Karam terbenam, aku tetap tinggal tanpa alasan. Kautabur duri di ladang memori , kutuai berkali-kali di musim sepi. Perlahan, irama napas membangunkan ambisi yang telah mati. Saatnya bangkit menyusun arah, tetap melangkah meski patah.


Sudut Pilu, 18 Februari 2022