Dua orang pemuda sedang menunggangi hewan peliharaan masing-masing. Pemuda bersorban berkali-kali mengangguk seiring punuk untanya yang naik-turun, sedangkan pemuda bertopi koboi menggoyangkan kepala seiring langkah santai kuda cokelatnya.

   "Di mana kaubeli kuda itu, Sahabatku?" Pemuda bersorban membuka percakapan.

   "Aku menemukannya terlantar di bawah pohon jati. Bagaimana denganmu, Sobat?"

   "Aku menemukan unta ini hampir terjatuh ke dalam lubang di tepi sumur tua. Karena tak ada seorang pun di sana, makanya aku ambil saja."

   Pemuda bersorban tampak mengangguk pelan. Ternyata sahabatnya ini juga tak ada bedanya dengan dirinya. 

   Usai menempuh perjalanan 20 menit lamanya di bawah panas terik, keduanya berhasil menemukan sekelompok musafir yang sedang menikmati makan siang. Pemuda bersorban memberi salam, menanyakan sedikit air untuknya dan temannya. Saat salah seorang anak kecil hendak memberikannya kepada mereka, seorang pria tua menahannya. 

   "Aku tidak mengizinkan kalian meminum air ini, kecuali kalian mau menyerahkan kedua hewan ini untukku."

   "Apa maksudmu, Tuan? Tidak adil rasanya jika sebotol minuman harus dibayar dengan dua tunggangan sekaligus. Puas tidak, tak rela iya," ketus pemuda bertopi koboi yang terang-terangan menampakkan wajah tak sukanya. 

     Pria tua itu terkekeh lantang seraya mengusap janggutnya yang tampak memutih. Dia berkata, "Itu untaku yang hilang seharian ini, Nak. Wajar saja jika saat ini aku memintanya kembali."

   Kedua pemuda itu saling melemparkan tatapan tak percaya. Pada akhirnya, pemuda bersorban angkat suara. "Jika ini benar untamu, berikan kami buktinya. Kami tak akan menyerahkan kedua unta ini begitu saja untukmu, Tuan."

   "Nak, akulah Dewa Kipas di sini dan angin adalah sahabat terbaikku. Dari jarak seratus meter, angin sudah menerbangkan pembicaraan kalian kepadaku. Aku sudah mendengarkan semuanya dengan jelas bahwa untaku ditemukan di tepi sumur. Aku cukup berterima kasih kepada kalian. Sebagai imbalannya, aku akan memberikan kalian seekor unta yang tak kalah perkasa. Bawa dia ke pekan raya dan jual pada seorang saudagar di sana. Uang yang kalian dapatkan, harus kalian bagi rata. Bagaimana?"

   Kedua pemuda itu terdiam seribu bahasa sebelum kompak menganggukkan kepala. "Baiklah. Kami setuju, Dewa Kipas."


Ruang Privat, 11 Okotober 2022